Amerika meradang. Yunani meraung-raung. Eropa meronta-ronta. Tapi, Erdogan tetap mengubah Hagia Sophia kembali menjadi masjid.
Tak ada kekuatan internasional yang mampu menghentikan tekad Erdogan.
Setelah sekian lama Hagia Sophia dijadikan mesium oleh rezim sekuler Turki, kini adzan kembali berkumandang dari dalam Hagia Sophia. Seperti yang dilakukan Sulthan Muhammad Al Fatih dahulu.
Erdogan tak akan berani lakukan ini kalau bukan karena semuanya telah dipersiapkan.
Bayangkan, kiri kanan kaum kafir meradang menanggapi rencana Erdogan untuk mengubah Hagia Sophia menjadi masjid. Itu tidak mudah.
Tapi Erdogan sepertinya betul-betul yakin, bahwa Turki telah kembali. Turki sudah siap menghadapi semua serangan.
Turki hari ini bukanlah Turki era rezim sekuler dahulu yang menjadi “negara sakit di Eropa”. Erdogan berhasil menjadikan bangsa Turki berdiri tegak di atas kaki sendiri. Tak perlu menjadi lamit/budak bagi bangsa lain.
Maka ketika negara negara kafir protes rencana Erdogan mengubah Hagia Sophia kembali menjadi masjid, Erdogan mengatakan: “Ini urusan Turki, bukan urusan kalian”.
Washington – Pemerintah Amerika Serikat mengatakan bahwa pihaknya “kecewa” dengan keputusan Turki untuk mengubah monumen era Bizantium, Hagia Sophia kembali menjadi masjid. AS pun mendesak akses yang sama bagi semua pengunjung.
“Kami kecewa dengan keputusan pemerintah Turki untuk mengubah status Hagia Sophia,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Morgan Ortagus seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (11/7/2020).
“Kami memahami bahwa pemerintah Turki tetap berkomitmen untuk mempertahankan akses ke Hagia Sophia untuk semua pengunjung, dan berharap untuk mendengar rencananya untuk melanjutkan pengelolaan Hagia Sophia untuk memastikannya tetap dapat diakses tanpa hambatan untuk semua,” imbuhnya.
Sebelumnya, pengadilan tinggi Turki memutuskan pada hari Jumat (10/7) waktu setempat, bahwa konversi Hagia Sophia menjadi museum pada 1934 adalah melanggar hukum. Keputusan itu membatalkan keputusan kabinet Turki tahun 1934 dan memutuskan bahwa situs Warisan Dunia itu harus dibuka kembali untuk ibadah muslim.
Museum di Istanbul itu tadinya adalah gereja Ortodoks Yunani sebelum akhirnya menjadi masjid setelah direbut oleh Sultan Utsmani, Mehmet sang Penakluk. Pada tahun 1934, presiden pertama Turki, Mustafa Kemal Ataturk, mengubahnya menjadi museum.